Home » » Kasih Sayang Hilang dari Rumah dan Sekolah

Kasih Sayang Hilang dari Rumah dan Sekolah

Written By Dino Cerata on Senin, 15 Oktober 2012 | 01.35

KOMPAS.com - Edukasi
News and Service // via fulltextrssfeed.com
Kasih Sayang Hilang dari Rumah dan Sekolah
Oct 15th 2012, 08:35

Penyebab Tawuran

Kasih Sayang Hilang dari Rumah dan Sekolah

Penulis : Riana Afifah | Senin, 15 Oktober 2012 | 14:31 WIB

Dibaca:

Shutterstock Ilustrasi.

JAKARTA, KOMPAS.com - Belum selesai masalah tawuran pelajar di Jakarta, hal serupa kembali terjadi di Makassar pada pekan lalu dan menewaskan dua orang mahasiswa. Apa sebenarnya yang menjadi pemicu kecenderungan para generasi muda ini kerap melakukan kekerasan?

Psikolog, Tika Bisono, mengatakan bahwa pemicu kekerasan yang terjadi pada anak muda adalah hilangnya budi pekerti dan moral dari lingkungan yang menaunginya yaitu rumah dan sekolah. Menurutnya, dua tempat tersebut yang menjadi titik awal perkembangan perilaku anak.

"Hanya di tempat itu kelembutan dan kasih sayang yang kemudian membangun budi pekerti dan moral diajarkan. Nah, sayangnya itu hilang," kata Tika, saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/10/2012).

Dia mengungkapkan bahwa hilangnya budi pekerti dan moral tidak hanya terjadi di kalangan anak muda yaitu pelajar dan mahasiswa saja. Masyarakat umum pun telah menjadikan aksi kekerasan semacam tawuran ini menjadi hal yang biasa untuk menyelesaikan masalah.

"Masyarakat juga. Ada tawuran antar RT, antar kampung, antar komunitas. Ini terbaca kalau melihat kondisi negara saat ini," ujar Tika.

Kondisi masyarakat saat ini, lanjutnya, merupakan imbas dari parahnya moralitas pimpinan. Ia menjelaskan bahwa tingkah para elit politis dan pimpinan saat ini ikut mempengaruhi perilaku masyarakatnya termasuk generasi muda.

"Yang atas saja begitu kan tingkahnya, korupsi dan lain-lain. Itu turun hingga ke lini yang paling bawah," jelas Tika.

Tidak hanya itu, gambaran yang selama ini juga terlihat jelas adalah perilaku para aparat yang seolah halal melakukan kekerasan saat melakukan penggusuran atau saat sedang melakukan razia. Tak jarang, para aparat mendorong dan menyeret paksa kemudian menggunakan pentungannya.

"Yang dilihat saja seperti itu, tentu saja anak-anak ini merasa itu dibolehkan. Harusnya kan tidak seperti itu. Pendekatan persuasif harusnya yang dilakukan dan bisa menjadi contoh bagi anak-anak muda," tandasnya.

Editor :

Caroline Damanik

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Artikel pendidikan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger