JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan zaman, terkadang menuntut seseorang untuk menguasai lebih dari satu bahasa. Sebagai bangsa yang siap memasuki era globalisasi, tuntutan untuk menguasai bahasa asing pun semakin tinggi. Bahasa Inggris sebagai bahasa dunia telah menjadi bahasa yang wajib untuk dikuasai oleh setiap orang agar dapat mengikuti perkembangan zaman tersebut.
Bahasa Inggris tidak hanya digunakan sebagai bahasa pengantar dalam dunia bisnis tetapi juga dalam dunia pendidikan. Melihat pentingnya penguasaan bahasa Inggris yang bisa disebut juga sebagai bahasa kedua, maka banyak orang melihat akan pentingnya penguasaan bahasa Inggris. Orangtua khawatir jika anaknya tak juga fasih berbahasa asing.
Menurut Kepala Badan Pengembangandan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Mahsun, seseorang patut diduga mengalami kecemasan secara psikologis jika lebih senang menggunakan bahasa asing daripada bahasa ibu.
"Ada semacam pengalihan fungsi otak, dimana orang tersebut jadi kurang respon, dan semacam mengalami kegelisahan dan tidak percaya diri," kata Mahsun di Balai Bahasa Jakarta, beberapa waktu lalu.
Penelitian di Inggris menyebutkan, seorang yang mempelajari banyak bahasa, ketika diberikan gradasi kata-kata baik dan buruk, otaknya akan biasa dalam merespon kata-kata tersebut. Mahsun menambahkan, orang yang belajar banyak bahasa akan lebih merasa percaya diri jika menggunakan bahasa lain, selain bahasa induknya. Kegelisahan muncul saat seseorang tidak dapat mengungkapkan sesuatu dalam bahasa selain bahasa utamanya.
"Orang-orang seperti beralih kode, merasa bahwa bahasa lain itu lebih bernilai. Katakan kalau bisa bahasa Inggris, setiap jawaban kita dibilang keren, padahal belum tentu substansinya lebih dalam dari jawaban dalam bahasa Indonesia," tambahnya.
Untuk itu, Mahsun melihat pentingnya penguatan bahasa Indonesia yang perlu ditanamkan sejak dini kepada anak. Dia menambahkan, saat seorang bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, maka penguasaan bahasa asing pun akan lebih mengedepankan substansi bahasa, dan bukan sekadar menggantinya dengan bahasa lain.
Editor :
Caroline Damanik
0 komentar:
Posting Komentar