Home » » Perlukah Anak Diikutkan PAUD

Perlukah Anak Diikutkan PAUD

Written By Dino Cerata on Selasa, 21 Mei 2013 | 19.46

KOMPAS.com - Edukasi
News and Service // via fulltextrssfeed.com
Perlukah Anak Diikutkan PAUD
May 22nd 2013, 02:46

Dokumen Sari Husada Dirjen PAUD Non Formal Informal (PAUDNII), Lydia Freyani Hawadi, mengunjungi PAUD Rumah Srikandi Sarihusada di Kemudo, Klaten Yogyakarta. Dalam kesempatan ini, Dirjen menyaksikan dan mendampingi murid-murid PAUD belajar merawat tanaman pangan di Kebun Nutrisi milik PAUD. Tampak dalam gambar Dirjen PAUDNII Lydia F Hawadi didamping Corporate Head Affairs Sari Husada Arif Mujahidin. Sarihusada melalui Program Ayo Melek Gizi mendorong edukasi gizi sejak dini. Murid-murid PAUD diperkenalkan dengan tanaman sumber pangan bergizi dengan cara belajar di ruang kelas maupun melakukan praktek belajar sambil bermain menanam dan merawat tanaman pangan.

KOMPAS.com - Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) masih sering dianggap pendidikan sekunder, sehingga banyak orang tua yang lebih memilih untuk langsung menyekolahkan anaknya ke Sekolah Dasar. Sebenarnya, perlukah anak diikutkan dalam PAUD?

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PAUDNI) Prof. Lydia Freyani Hawadi mengatakan, sebaiknya anak-anak usia 2-6 tahun diikutkan PAUD karena di tempat ini anak-anak mendapat pengalaman, sosialisasi, serta pengajaran pada masa terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Ia memaparkan, PAUD dapat memberikan manfaat yang nyata terhadap perkembangan kecerdasan dan moral anak. PAUD menanamkan kejujuran, disiplin, cinta sesama, cinta tanah air, bahkan tentang gizi. Menurutnya, penyampaian nilai-nilai dasar tersebut semakin efektif jika diberikan sejak usia dini.

"Esensi dari PAUD adalah pemberian rangsangan atau stimulasi pendidikan yang sesuai dengan tahap tumbuh-kembang anak dan dilaksanakan melalui pendekatan bermain sambil belajar," papar Reni, panggilannya, dalam Nutritalk bertajuk "Pentingnya Tumbuhkan Kecintaan pada Gizi Sejak Dini" oleh Sarihusada Selasa (21/5/2013) di Jakarta.

Sayangnya, saat ini jumlah anak yang diikutkan dalam PAUD baru mencapai 34,54 persen dari total anak usia PAUD di Indonesia. Padahal ditargetkan pada tahun 2015 mencapai 70 persen.

Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia ini memaparkan, kurangnya minat orangtua memasukkan anaknya ke PAUD adalah tambahan biaya pendidikan sebelum anaknya mencapai pendidikan wajib. Padahal, PAUD bahkan dapat dilakukan secara tidak formal dengan dukungan pemerintah yang dilakukan di tempat-tempat umum seperti rumah ibadah atau posyandu.

"Riset menunjukkan, anak-anak yang ikut PAUD cenderung lebih berprestasi dan ceria, berani, dan bersemangat. Pemantauan anak yang ikut PAUD hingga kelas 5 SD menunjukkan prestasi mereka lebih baik dibandingkan anak yang tidak," tutur Reni.

Pilih yang tepat

Bila tinggal di lingkungan yang sudah tersedia banyak PAUD, maka pemilihan PAUD yang tepat juga perlu diperhatikan oleh orangtua. Menurut Reni, PAUD yang baik adalah PAUD yang dapat memberikan pendidikan secara holistik integratif.

Reni pun memaparkan syarat-syarat memilih PAUD yang tepat untuk anak. Syarat pertama yaitu, pilih yang lokasinya dekat dengan rumah. "Jika terlalu jauh, anak akan capek di jalan sehingga tidak bisa fokus mengikuti PAUD," ujar Reni.

Kedua, pilih yang pengajarnya berkompeten dan memahami teknik pengajaran PAUD yang tepat. Dan ketiga, kurikulum PAUD jelas dan memasukkan nilai-nilai dasar positif ke dalamnya.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Artikel pendidikan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger