Banda Aceh (ANTARA News) - Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengukuhkan dua guru besar bergelar profesor di bidang pendidikan dan ekonomi.
Pengukuhan tersebut berlangsung dalam rapat senat terbuka yang dipimpin Ketua Senat Unsyiah Prof Samsul Rizal di di Gedung AAC Dayan Dawood, kampus Darussalam, Banda Aceh, Sabtu.
Dua guru besar tersebut yakni, Prof DR Mohd Nur Syechhalad MS, dosen Fakultas Ekonomi Unsyiah dan Prof DR Yusrizal MPd, dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah.
Ketua Senat Unsyiah Prof Samsul Rizal mengatakan, pengukuhan jabatan dua guru besar tersebut merupakan yang pertama dilaksanakan pada 2012.
"Sejalan dengan bertambahnya usia Unsyiah, jumlah guru besar juga meningkat," ungkap Prof Samsul Rizal, yang juga Penjabat Rektor Unsyiah.
Menurut dia, secara komparatif peningkatan jumlah guru besar di Unsyiah tidak begitu signifikasi karena sebagian dari mereka sudah dan akan memasuki masa pensiun.
"Kini, jumlah guru besar yang aktif hanya 38 orang. Namun, secara statistik, jumlah tenaga pengajar Unsyiah yang telah berhasil menduduki jabatan guru besar cukup berarti. Kita harapkan ke depan, jumlah guru besar di Unsyiah terus bertambah," katanya.
Prof DR Yusrizal MPd dalam pidato pengukuhannya berjudul "Reorientasi Kurikulum dan Sistem Evaluasi Pendidikan Nasional", mengatakan paradigma pendidikan sudah semestinya memerlukan perubahan.
"Perubahan paradigma ini harus diikuti perubahan mendasar, terutama dalam kurikulum pendidikan. Hal ini dilakukan untuk mendapat formula yang sesuai dengan perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan," katanya.
Sedangkan Prof DR Mohd Nur Syechhalad MS dalam pidato pengukuhannya berjudul "Pembangunan Ekonomi Aceh", mengatakan perkembangan perekonomian Aceh terus mengalami peningkatan.
"Namun begitu, kawasan-kawasan ekonomi di Aceh sekarang ini menghadapi tantangan yang besar. Tantangan ini tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga bagaimana rekonstruksi perekonomian secara keseluruhan," kayanya.
Menurut dia, sudah semestinya Aceh mengurangi ketergantungan dengan Sumatra Utara. Oleh karena itu, perlu rencana aksi membangun perekonomian dan memberdayakan ekonomi rakyat.
"Banyak kebutuhan barang didatangkan dari Medan, Sumatra Utara, sehingga masyarakat Aceh sebagai konsumen turut menyumbang pendapatannya ke provinsi tetangga tersebut," kata dia.
(HSA)
0 komentar:
Posting Komentar