JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1433 Hijriah, tempat penjualan mainan anak-anak diserbu masyakarat. Anak-anak bebas memilih berbagai jenis mainan yang ada di sana. Namun, pada umumnya, anak-anak laki-laki lebih memilih senjata mainan sebagai hadiah Lebaran dan penjualnya pun makin menjamur.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait mengatakan, tak masalah jika orangtua ingin memberi tunjangan hari raya (THR) pada anak berupa hadiah Lebaran. Namun, waspadalah dalam memilih mainan untuk buah hati Anda. Menurut Arist, pilihan mainan yang tidak tepat bisa berpengaruh terhadap perilaku sang anak ke depannya.
"Selain masalah kesehatan, mainan senjata juga menumbuhkan perilaku kekerasan kepada anak. Karena anak jadi terdorong untuk saling beraksi tembak-tembakan, misalnya," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/8/2012) pagi.
Berdasarkan catatan tahun 2011 dari Komnas PA sendiri, setidaknya ada 13 laporan anak cedera, bahkan buta, akibat bermain dengan senjata mainan. Anak-anak mengalami cedera akibat peluru plastik yang mengenai mata. Rata-rata, hampir seluruh pelakunya adalah orang dekat, misalnya kakak atau adiknya sendiri.
Arist melanjutkan, dalam kondisi demikian, peran orang tua dianggap paling vital. Pembeli tidak bisa berharap banyak pada pedagang yang mencari untung maupun anak sendiri untuk mengantisipasi musibah tersebut. Untuk itu, proses seleksi yang ketat dalam memilih mainan untuk anak sekaligus pengawasan pada saat sang buah hati bermain menjadi salah satu upaya antisipasi.
"Orangtua juga harus lebih selektif dalam memilih mainan anak. Cari mainan yang aman untuk anak, itu mutlak dilakukan orang tua, tak boleh dilepaskan begitu saja kepada anak," lanjutnya.
Sebelumnya, mainan anak-anak jenis senjata laku keras di pasar mainan, terutama di Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta Timur. Bahkan, muncul juga pedagang musiman, yang rela melepas sejenak pekerjaannya yang lain hanya demi meraup untuk di tengah bisnis jual beli mainan tersebut.
Editor :
Caroline Damanik
0 komentar:
Posting Komentar