Jakarta (ANTARA News) - Uji klinik penggunaan robot berpengendali pikiran untuk membantu penderita tetraplegia membawa harapan baru bagi orang-orang yang anggota badannya lumpuh karena penyakit atau cedera.
Orang-orang yang kehilangan kemampuan sensorik dan motorik bisa mengandalkan pikiran mereka untuk menggunakan bantuan robot dengan alat yang disebut BrainGate2, demikian menurut hasil uji klinik yang dipimpin oleh John Donoghue, Direktur Brown Institute for Brain Science di Providence, Rhode Island, Amerika Serikat.
Artikel yang dipublikasikan laman jurnal ilmiah internasional Nature menyebutkan bahwa ahli bedah syaraf memasang alat perekam amat kecil berisi 100 elektroda berukuran hampir setipis rambut ke dalam bagian otak yang disebut cortex pada dua peserta studi.
Alat perekam itu mencatat sinyal yang berhubungan dengan keinginan bergerak, memungkinkan mereka menggunakan pikiran untuk mengendalikan bantuan robot.
Dengan bantuan alat itu dua peserta yang tidak lagi bisa menggerakkan tungkai maupun bicara karena terkena stroke dapat memandu robot tangan untuk menjangkau dan menggenggam benda dengan kekuatan pikiran.
Peserta studi bernama Cathy yang sudah kena stroke sejak 15 tahun lalu dan mendapat implan pada 2005 bisa menggunakan pikirannya untuk mengarahkan robot tangan menggenggam botol kopi dan membawanya ke mulut.
Film tentang uji klinik alat tersebut yang dibuat bulan April lalu dan dipublikasikan baru-baru ini menunjukkan bagaimana dia meminum kopi itu dan tersenyum.
"Kami tidak akan pernah melupakan senyum itu," kata Leigh Hochberg, ahli syaraf di Brown University di Providence yang menjadi mitra penulis hasil studi.
Dalam percobaan itu para ahli ilmu syaraf yang bekerja sama erat dengan ahli komputer dan ahli robot melakukan pengujian dengan dua tipe robot tangan yakni DEKA Arm System yang dikembangkan berkolaborasi dengan militer Amerika Serikat dan robot tangan yang dikembangkan oleh German Aerospace Centre (DLR).
Tantangan pengembangan alat itu, menurut para ahli, ada pada penguraian sinyal syaraf yang ditangkap peserta dengan implan penghubung syaraf dan pengonversian sinyal itu menjadi perintah digital yang bisa diikuti perangkat robotik untuk melakukan gerakan yang diinginkan. Makin komplek gerakan, makin sulit tugas penguraiannya.(*)
0 komentar:
Posting Komentar