Kompas.com - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Ulfah Anshor menilai penerapan program pendidikan menghadapi bencana alam sejak dini di sekolah belum maksimal sehingga perlu ditingkatkan demi keselamatan anak-anak.
"Program pendidikan untuk siaga bencana alam di sekolah memang sudah ada, tapi implementasinya masih kurang, padahal substansinya sangat penting agar anak sekolah tahu cara menyelamatkan diri ketika terjadi bencana," katanya di Jakarta, Senin.
Menurut dia, penerapan itu tidak maksimal karena program pendidikan siaga bencana alam di sekolah belum dirancang secara sistematis dan menyeluruh.
"Sebenarnya pascatsunami ada beberapa program dilakukan, tapi itu masih inisiatif dari guru atau LSM dan pelaksanaannya terfokus di daerah rawan bencana. Jadi belum semua sekolah mendapatkan pendidikan siaga bencana", katanya.
Ia menjelaskan, pemberian informasi dan pelatihan sebagai komponen penting pendidikan siaga bencana alam, karenanya program itu diharapkan dapat dilaksanakan secara luas, tidak hanya terfokus di daerah rawan bencana.
Selain itu, Maria juga berharap pemerintah dapat memberi fasilitas tanggap bencana di sekolah-sekolah. "Selain pendidikan, alat peringatan bencana dan jalur evakuasi juga sangat penting dalam menghadapi bencana alam," ujarnya.
Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arif Rahman mengatakan, beberapa program UNESCO untuk pendidikan menghadapi bencana alam sejak dini telah dijalankan di sekolah-sekolah di Indonesia dengan mendapat dukungan pemerintah.
"Kegiatan edukasi untuk siaga bencana alam dari UNESCO sudah diterapkan di sekolah, biasanya dalam bentuk ekstrakurikuler terutama di daerah rawan bencana, dan Presiden terlibat langsung dalam beberapa kegiatan," ujarnya.
Ia menjelaskan, dalam kegiatannya, UNESCO seringkali bekerja sama dengan lembaga lain di Indonesia. Pada Februari 2009, UNESCO dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meresmikan tiga Sekolah Siaga Bencana di Maumere, Papua.
Ia mengatakan, program pendidikan siaga bencana alam yang dilakukan UNESCO berfokus kepada pembekalan pengetahuan dan pelatihan agar siswa dan guru siap menghadapi bahaya berbagai jenis bencana alam.
"Untuk pengetahuan, kami memberikan buku panduan bagi guru dan siswa, sedangkan untuk simulasi dapat dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar