Home » » Hanya 30 Persen Penderita Autis Yang Sekolah

Hanya 30 Persen Penderita Autis Yang Sekolah

Written By Dino Cerata on Selasa, 13 November 2012 | 04.03

KOMPAS.com - Edukasi
News and Service // via fulltextrssfeed.com
Hanya 30 Persen Penderita Autis Yang Sekolah
Nov 13th 2012, 12:03

Hanya 30 Persen Pengidap Autisme yang Sekolah

Selasa, 13 November 2012 | 18:39 WIB

Dibaca:

KOMPAS/ANTONY LEE Ilustrasi: Sekitar 100 anak autis se-Jabodetabek, Minggu (1/4/2012), mengikuti peringatan Hari Autis Sedunia di Kebun Raya Bogor. Selain menggelar berbagai permainan, acara juga diisi dengan membersihkan sampah di KRB.

SOLO, KOMPAS.com — Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Mudjito mengatakan sampai saat ini baru 30 persen penderita autisme yang bisa menikmati pendidikan.

"Jadi, masih ada 70 persen anak pengidap autis yang belum bisa sekolah. Salah satu penyebabnya, banyak orangtua yang malu mempunyai anak seperti itu, di samping faktor ekonomi," katanya di Solo, Selasa (13/11/2012).

Ia minta orangtua yang mempunyai anak pengidap autisme tidak menyembunyikan, tetapi menyekolahkannya karena mereka juga perlu pendidikan.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Surakarta Rahmat Sutomo di tempat sama mengatakan untuk menangani masalah tersebut Pemerintah Kota Surakarta merencanakan membangun pusat penanganan anak-anak penderita autisme.

Pusat penanganan anak-anak penderita autisme itu, katanya, untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. "Rencana itu mudah-mudahan sudah bisa mulai direalisasikan tahun depan," katanya.

Beberapa persiapan awal untuk mewujudkan rencana tersebut saat ini telah dilakukan, antara lain, menyediakan lahan untuk pembangunan gedung. Ada dua alternatif lokasi yang disiapkan, yaitu di Ngemplak, Mojosongo, Kecamatan Jebres, atau di Wonosari, Kelurahan Kerten, Kecamatan Laweyan.

Sementara sumber pendanaan berasal dari bantuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan APBD Kota Surakarta. Pusat penanganan anak-anak penderita autisme itu, katanya, akan difungsikan sebagai tempat terapi untuk anak-anak autisme sebelum memasuki jenjang pendidikan formal.

Dari hasil penelitian, terapi semacam itu terbukti bisa meningkatkan kemampuan mereka dalam beradaptasi dan bersosialisasi. Bahkan, beberapa di antaranya bisa meraih prestasi belajar yang memuaskan.

"Setelah diterapi, anak-anak yang dinilai sudah siap akan kami masukan ke sekolah-sekolah inklusi. Saat ini sudah ada 13 sekolah yang kami siapkan, mulai jenjang SD sampai SMA," katanya.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Artikel pendidikan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger